KELOMPOK B
Ketua : Putri
Marisa
Sekretaris :
Sulastari Cahyani
Anggota : ~
Rangga Nofriyanda
~ Teguh Jaya Permana
Kelas : X.F
Materi :
Perilaku tercela “Riya”
Guru Pembimbing : Ibu Nurhidayati
Sekolah : SMA N
1 Singkep
Tp.2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami haturkan ke
hadirat Allah SWT ,
karena dengan karunia-Nya
kami dapat menyelesaiakan makalah
yang bertema “Riya”. Meskipun banyak
hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjaannya , tapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Tidak lupa kami
sampaikan terimakasih kepada
guru pembimbing ibu Nurhidayati yang telah membantu dan
membimbing kami dalam
mengerjakan makalah ini . kami
juga mengucapkan terimakasih kepada
kedua orang tua
yang selalu memberikan
motivasi-motivasi yang sangat
berguna bagi kami serta tidak lupa teman-teman X.F yang
kami sayangi.
Tentunya
ada hal-hal yang
ingin kami berikan
dari hasil makalah
ini . Karena itu
kami berharap semoga makalah
ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.
Kami
menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan , untuk itu
kami sangat mengharapkan
kritik dan saran
yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami
berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan
bagi pembaca pada
umumnya.
Dabo Singkep , kamis 17 april 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan................................................................................................................
A.Latar belakang.........................................................................................................
B. Tujuan
penulisan.....................................................................................................
BAB II Pembahasan................................................................................................................
A.Definisi
Riya..............................................................................................................
B.Ciri-ciri
Riya...............................................................................................................
C.Macam-macam
Riya.................................................................................................
D.Bahaya
Riya..............................................................................................................
E.Kiat untuk menghilangkan penyakit
Riya..................................................................
F.Solusi mengatasi Riya................................................................................................
G.Perbuatan yang tidak termasuk
Riya........................................................................
BAB III
Penutup
Kesimpulan
dan Saran ............................................................................................................
Daftar pustaka..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.LatarBelakang
Sesungguhnya pembahasan tentang riya adalah pembahasan yang sangat penting yang
berkaitan dengan agama Islam yang hanif (lurus) ini, hal dikarenakan tauhid
adalah inti dan poros dari agama dan Allah tidaklah menerima kecuali yang murni
diserahkan untukNya bahwasanya riya itu
samar sehingga terkadang menimpa seseorang padahal ia menyangka bahwa ia telah
melakukan yang sebaik-baiknya. Dikisahkan bahwasanya ada seseorang yang selalu
sholat berjama’ah di shaf yang pertama, namun pada suatu hari ia terlambat
sehingga sholat di saf yang kedua, ia pun merasa malu kepada jama’ah yang lain
yang melihatnya sholat di shaf yang kedua. Maka tatkala itu ia sadar bahwasanya
selama ini senangnya hatinya, tenangnya hatinya tatkala sholat di shaf yang
pertama adalah karena pandangan manusia.
B. Tujuan
Penulisan
1. Agar tahu tentang hadits-hadits yang berkenaan tentang riya.
2. Agar dapat mengetahui ciri-ciri riya.
3 Agar dapat mengetahui macam-macam riya.
4. Agar dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan riya. 5. Agar dapat mengetahui kiat dan solusi
mencegah perilaku riya.
6. Agar dapat mengetahui perilaku yang
tak termasuk riya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Riya’
Riya’ adalah syirik kecil; demikianlah ungkapan yang dikemukakan Rasulullah SAW
dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam
musnadnya. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، قَالُوْا وَمَا
الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ الرِّيَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْ تُرَاءُوْنَ فِي
الدُّنْيَا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمُ الْجَزَاءَ (رواه أحمد)
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah
syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah
SAW?”, Beliau menjawab, “Riya.! Dan Allah akan berkata pada hari kiamat,
terhadap mereka-meeka yang riya, ‘pergilah kalian kepada orang-orang yang
dahulu di dunia kalian riya’, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?”
(HR. Ahmad)
Riya adalah memaksudkan amalan yang dilakukan seseorang guna mendapatkan
keridhoan manusia, baik berupa pujian, ketenaran, atau sesuatu yang diinginkannya
selain Allah SWT. Dr. Sayid Muhammad Nuh, menggambarkan adanya tiga sebab yang
memotori timbulnya riya: Pertama karena ingin mendapatkan pujian dan nama baik
di masyarakat. Kedua, kekhawatiran mendapat celaan manusia, dan ketiga,
menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain (tamak). Ketiga hal ini didasari
dari hadits, yang diriwayatkan Imam Bukhari:
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا سَأَلَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، الرَّجُلُ يُقَاتِلُ
حَمِيَّةً، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ
لِلذِّكْرِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَاتَلَ
لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ.
1
“Dari Abu
Musa al-Asyari ra, mengatakan bahwa seorang Badui bertanya kepada Rasulullah
SAW, “Wahai Rasulullah SAW, seseorang berperang karena kekesatriaaan, seseorang
berperang supaya posisinya dilihat oleh orang, dan seseorang berperang karena
ingin mendapatkan pujian? Rasulullah SAW menjawab “Barang siapa yang berperang
karena ingin menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah.” (HR. Bukhari)
B. Ciri-Ciri Riya’
~ Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak
dilihat orang.
~Amal atau perbuatn baik yang telah ia lakukan
sering diungkti-ungkit atau disebut-sebut.
~Beramal atau beribadah sekejar ikut-ikutan,itupun
dilakukan apabila ia berada ditengah-tengah orang ramai.
~Amal (perbuatan baiknya) selalu ingin
diingat,diperhatikan ingin mendapat pujian dan ingin didengar orang lain.
~Terlihat tekun dan bertambah motifasinya dalam
beribadah apabila mendapat pujian dan sanjungan,sebaliknya semangatnya akan
menurun bahkan meyerah apabila dicela orang.
C.Macam-macam Riya’
Ketahuilah wahai kaum Muslimin hamba hamba Allah !
Riya’ mengalir pada diri setiap manusia (keturunan Adam) melalui aliran darah.
Tujuannya untuk mengusik dan membuyarkan semua amal perbuatan mereka. Riya’ ini
sangat banyak macamnya. Antara lain :
~Riya’
Badani (Fisik)
Para ahli
agama (ahlu ad diin) biasanya menampakkan badan yang kurus dan pucat, agar
mereka dilihat oleh manusia bahwa merena adalah hamba yang rajin beribadah. Dan
memberikan asumsi umum bahwa mereka telah disibukkan oleh urusan akhirat.Para
ahli dunia (ahlu ad dunya) melakukan riya’ dengan menampakkan tubuh yang gemuk
dan sehat, warna kulit yang bersih, ketegapan berdiri, wajah yang ceria,
kebersihan badan dan memperindah perkataan, untuk menunjukkan kepada orang lain
bahwa mereka adalah orang yang pintar (fasih) dalam bertutur kata.
Mereka ini adalah orang yang dikatakan Allah seperti dalam FirmanNya :
“Dan Apabila kamu melihat mereka, tubuh tubuh mereka
menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan mereka. Mereka
adalah seakan akan kayu yang tersandar. Mereka mengira tiap tiap teriakan yang
keras ditujukan kepada mereka, mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka
waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah
mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran).” (Al Munafiqun :4)
~Riya’ dalam
berpakaian
Para penganut agama, mereka memakai pakaian sufi yang
terkesan sangat kumal untuk menunjukkan kezuhudan mereka. Sebagian mereka juga
memakai satu jenis pakaian khusus agar orang menyebutnya sebagai ulama. Ketika
ia memakai pakaian tersebut orang pun menganggapnya sebagai ulama.
Adapun para ahlu dunia, riya’ mereka ditunjukkan dengan pakaian yang indah,
kendaraan yang bagus dan rumah rumah mewah.
2
~Riya’ dalam
Perkataan
Para ahli agama, riya’ mereka terlihat pada hafalan
hadist dan atsar, karena ingin bergaul dan berdiskusi dengan para ulama dan
mengibuli orang orang bodoh, sehingga mereka merasa bahwa merekalah orang yang
lebih tinggi kedudukannya di mata manusia.
Merendahkan dan mengeraskan suara ketika membaca Al
Qur’an untuk menunjukkan ketakutan atau kekhawatiran dan kegelisahan dan lain
sebagainya, juga merupakan bagian dari riya’. Wallahu a’lam
Para ahli dunia, riya’ mereka terlihat dengan
menghafal bait bait syair, kata mutiara, mendalami tata bahasa dan sastra dalam
percakapan dan terus menerus terlibat dalam pembicaraan.
~Riya’ dalam
Amal Perbuatan
Para ahli agama melakukan riya’ seperti orang shalat
yang memperpanjang waktu berdiri, memperpanjang ruku’ dan sujud, memperlihatkan
ke khusu’an dan ketundukan, dan memperindah shalatnya kalau mengetahui bahwa
ada orang yang sedang memperhatikannya.
Adapun ahli dunia melakukan riya’ dengan sikap
arogansi, kesombongan, mendekatkan langkah, memperindah pakaian untuk
mendapatkan kehormatan yang mereka dambakan.
~Riya’
dengan Para Shahabat dan Kerabat
Para ahli agama melakukan riya’ seperti misalnya orang
yang mempersiapkan sebuah kunjungan seorang alim ulama, agar orang orang
mengetahui bahwa si alim Fulan telah mengunjungi kediamannya.
Sebagian mereka melakukan riya’ dengan menunjukkan
bahwa guru mereka banyak sekali agar ada asumsi dari masyarakat bahwa mereka
telah bertemu dengan banyak guru, dan telah diberi ijazah oleh banyak guru.
D.Bahaya Riya’
Ada beberapa penjelasan tentang bahaya riya’, dan
pengaruh buruk (dampak negatifnya) bagi individu, umat dan amal perbuatan,
seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan Sunnah.Rasulullah S.A.W menjelaskan
bahwa bahaya riya’ memiliki tingkatan yang bermacam macam, dan diungkapkan
dengan ungkapan yang bermacam, diantaranya :
a. Bagi
orang orang Musli, riya’ lebih bahaya dari fitnah Al Masih Ad Dajjal
Bahaya Masih Ad Dajjal tidak melanda orang yang akrab
dengan Sunnah Rasulullah S.A.W. Oleh karenanya riya’ lebih besar bahaya bagi
seorang Muslim.
Nabi S.A.W
bersabda,
“Maukah kamu aku beritakan kabar yang bagiku lebih
berbahaya bagi kalian dibanding dengan Al Masih Ad Dajjal; yaitu syirik Al
Khafi. Yaitu ketika seseorang berdiri untuk menunaikan shalat, kemudian ia
memperindah shalatnya karena ada orang lain yang melihatnya” (Hadits riwayat
Ibnu Majjah (4204) dan perawi lainnya dari hadits Abi Said Al Khudari R.A.
Hadits ini berkualitas hasan).
3
b. Riya’
lebih besar bahayanya dari serigala yang mengintai kambing.
Nabi S.A.W
bersabda,
“Dua ekor serigala lapar yang dilepaskan di tengah
kerumunan kambing, bahayanya tidak lebih besar dari kerakusan manusia terhadap
harta, membanggakan agamanya (riya’) (Hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
2376, Imam Ahmad (3/456, 460), Imam Ad Darami 2/304, Imam Al Baghawi dalam
Syarh sunnah 14/258, dan para perawi lainnya. Saya katakana, hadits ini
dishahihkan oleh Imam At Tirmidzi. Ini seperti yang pernah dikatakan. Meskipun
Zakariya Abu Zaidah seorang yang mudallas, tetapi ini telah dijelaskan dengan
pembicaraan Bukhari dalam kitab Tarikh Al Kabir 1/150).
~Bahaya
Riya’ bagi Amal Perbuatan
a. Menyia
nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknnya dan tujuan luhurnya
b.
Membatalkan amal shalih dan meleburnya
Allah S.W.T
berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Al Baqarah : 264)
“Apakah ada
salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam kebun itu segala macam
buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang Dia mempunyai
keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang
mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada kamu supaya kamu memikirkannya” (Al Baqarah : 266).
~Bahaya
Riya’ bagi Umat dan Individu
a. Riya’
adalah syirik khafi.
Nabi S.A.W
bersabda,
“Maukah kamu aku beritakan kabar yang bagiku lebih
berbahaya bagi kalian dibanding dengan Al Masih Ad Dajjal; yaitu syirik Al
Khafi. Yaitu ketika seseorang berdiri untuk menunaikan shalat, kemudian ia
memperindah shalatnya karena ada orang lain yang melihatnya” (Hadits riwayat
Ibnu Majjah (4204) dan perawi lainnya dari hadits Abi Said Al Khudari R.A.
Hadits ini berkualitas hasan).
b. Riya’
mewariskan kehinaan dan kekerdilan.
Wahai hamba yang ikhlas, janganlah kamu terbujuk oleh
tipu daya orang yang riya’ di suatu Negara, kemampuan mereka menguasai hamba,
banyaknya kendaraan mereka dan kemewahan kendaraan mereka, karena bayang bayang
maksiat ada diatas tengkuk mereka. Allah menolak, kecuali orang orang
yangmelindungi orang orang yang durhaka kepadaNya.
4
Nabi S.A.W
bersabda,
“Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya kepada
manusia, maka Allah akan memperdengarkan pendengaran makhluknya kepadanya,
mengerdilkan dan merendahkannya” (Shahih Targhib wa Al targhib (1/6)
c. Riya’
menghalangi pahala akhirat.
Nabi S.A.W
bersabda,
“Gembirakanlah umat ini dengan kemuliaan, agama,
keunggulan dan kekuatan di bumi. Barang siapa diantara mereka yang melakukan
amal perbuatan amal perbuatan akhirat karena tujuan duniawi, maka di akhirat
kelak ia tidak akan mendapatkan bagiannya” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad
5/134, Imam Al Hakim 3/318 dan perawi lain dari jalur Abi Al ‘Aliyah dari Abi
bin Ka’ab R.A. “Saya katakana, ini hadits shahih”).
d. Riya’
menambah kesesatan.
Allah S.W.T
berfirman,
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah : 9-10)
e. Riya’
menyebabkan kehancuran umat.
Nabi S.A.W
bersabda,
“Allah akan menolong umat ini karena adanya orang
orang yang lemah dengan doa dan shalat serta keikhlasan mereka.” (Shahih Al
Targhib wa Al Targhib, 1/6)
Demikian pula Rasulullah S.A.W menetapkan bahwa
keikhlasan karena Allah merupakan sebab kemenangan umat dari musuh musuh Islam.
Tanpa ikhlas, maka itu riya’ dan nifak mungkin dapat dimanfaatkan oleh musuh
musuh umat ini.
Hai orang orang Islam ! Sesungguhnya pelajaran
Peperangan Badar Kubra selalu akan tersimpan di dalam hati orang yang ikhlas
yang mau menunggu, selama mereka tidak mengubahnya.
Firman Allah
dalam Al Qur’an,
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi
pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada
manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi
apa yang mereka kerjakan.” (Al Anfaal : 45-47).
Ayat ini bertujuan untuk menjaga golongan orang orang
beriman yang tidak henti hentinya memerangi musuh musuh Allah, dengan cara
keluar berperang dengan kesombongan dan keangkuhan. Karena orang beriman tidak
akan keluar berperang kecuali untuk menegakkan kalimat Allah.
5
E.Kiat untuk menghilangkan penyakit
riya’, menurut Imam Ghozali adalah :
1. Menghilangkan sebab-sebab riya’, seperti kenikmatan terhadap pujian orang
lain, menghindari pahitnya ejekan dan anusias dengan apa-apa yang ada pada
manusia, sebagaimana hadits Rasulullah saw dari Abu Musa berkata,”Pernah datang
seorang laki-laki kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Rasulullah
bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang dengan gagah berani, orang
yang berperang karena fantisme dan orang yang berperang karena riya’ maka mana
yang termasuk dijalan Allah? Maka beliau saw bersabda,’Siapa yang berperang
demi meninggikan kalimat Allah maka dia lah yang berada dijalan Allah.” (HR.
Bukhori)
2. Membiasakan diri untuk menyembunyikan berbagai ibadah yang dilakukannya
hingga hatinya merasa nyaman dengan pengamatan Allah swt terhadap berbagai
ibadahnya itu.
3. Berusaha juga untuk melawan berbagai bisikan setan untuk berbuat riya
pada saat mengerjakan suatu ibadah.
F.Solusi Mengatasi Riya’
1.
Mengetahui bermacam macam Tauhid tentang Keagungan Allah S.W.T
Mengetahui
Allah dengan segala nama dan sifatNya akan membersihkan hati dari kelemahan.
Apabila seorang hamba mengetahui bahwa yang mampu memberi kemanfaatan dan
kemudlaratan adalah Allah semata mata, kapan pun Dia menginginkan, maka rasa
kekhawatiran kepada manusia akan hilang dari hatinya ketika syetan menghiasi
ibadahnya di depan manusia, karena khawatir akan celaan manusia dan
2.
Mengetahui Balasan Kenikmatan dan Kenikmatan yang Dijanjikan Allah S.W.T di
Akhirat
Allah S.W.T
berfirman,
“Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya”. (Al Kahfi :110)
3. Takut
Terhadap Riya’
Barangsiapa
yang takut terhadap suatu perkara dan selalu khawatir akan terjadinya perkara
itu maka dia akan selamat. Oleh karenanya jika seseorang ingin menghilangkan
keinginannya untuk mendapatkan pujian dan sanjungan maka hendaknya ia mengingat
sendiri akan bahaya riya’, dan mengemukakan bahayanya. Maka keinginan itu akan
membantunya terlepas dari belenggu bahaya. Karena mengetahui adanya sanjungan
manusia berpengaruh kepada syahwat dan mengetahui bahaya riya’ akan berpengaruh
pada ketidaksukaan.
6
4.
Menghindari Celaan Allah
Allah S.W.T
berfirman :
“(Yaitu)
ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara
mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti:
“Seandainya Kami dapat kembali (ke dunia), pasti Kami akan berlepas diri dari
mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan
sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al Baqarah : 166 –
167).
Apakah yang kamu takuti itu kemarahan manusia? Padahal Allah lebih berhak untuk
ditakuti jika kamu orang yang bernar.
5.
Mengetahui Hal-Hal Yang Dihindari Oleh Syetan.
Syetan
adalah musuh bagi manusia. Syetan merupakan sumber riya’ dan malapetaka yang
dating kepada manusia dalam setiap keadaan manusia. Syetan mengirimkan bala
tentaranya untuk menghancurkan benteng ketahanan manusia. Syetan juga
mendatangkan pasukan berkuda dan pasukan berjalan kakinya untuk menyampaikan
janji janjinya. Yang dijanjikan syetan itu hanyalah tipu daya, dan ia menghiasi
setiap hal hal yang mungkar.
6.
Menyembunyikan Amal Kebaikan
Orang yang
ikhlas akan selalu khawatir dengan riya’. Oleh karenanya mereka berusaha untuk
memperdaya agar penglihatan manusia berpaling darinya ketika melakukan
perbuatan baiknya. Orang orang yang ikhlas memiliki kekhawatiran yang besar
untuk menjaga keburukan yang datang dari manusia. Itu semua dilakukan dengan
harapan agar amal perbuatannya dilakukan dengan ikhlas. Agar pada Hari Kiamat
nanti Allah membalas keikhlasan mereka.
Rasulullah
S.A.W bersabda,
”Sesungguhnya
Allah itu indah dan mencintai hamba yang suci dan suka menyembunyikan amal.”
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim 18/100-Nawawi, Imam Al Baghawi dalam
Syarh Al Sunnah 15/21-22, lafadz hadits ini milik Al Baghawi).
7. Tidak
Berlebihan Dalam Mencela dan Memuji Orang
Banyak orang
yang hancur karena khawatir akan pujian manusia, senang akan pujiannya.
Sehingga aktifitas, dan diamnya itu menyesuaikan dengan keridhaan manusia, yang
mengharap pujian atau menghindari celaan.
Allah S.W.T
berfirman,
“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan” (Yunus : 58).
Seperti
dikatakan Allah S.W.T,
“Dan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai;
kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci,
dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman” (An Nisaa : 57).
7
8. Berdoa
Kita
mengetahui bahwa Rasulullah S.A.W mendoakan agar kita terhindar dari syirik
besar dan syirik kecil, yaitu riya’. Diriwayatkan oleh Abi Ali, seorang laki
laki dari Bani Kahil, berkata,”Abu Musa Al Asy’ari berkhutbah di hadapan kita,
dan berkata,”Wahai manusia takutlah kamu kepada syirik ini. Karena ia lebih
halus dari rambatan semut”
9. Berteman
Dengan Orang Ikhlas dan Bertaqwa
Orang yang
ikhlas tidak akan menghilangkan keikhlasannya kepadamu sedikitpun. Orang yang
riya’ adakalanya akan menyebabkan kamu terjerumus dalam kehancuran, atau kamu
akan mencium aroma riya’ yang sangat busuk yang akan semakin mendorong dan
memotivasi dirimu untuk melakukan riya’ dan suka kepada orang yang riya’.
10.
Mengetahui Faktor Faktor Yang Menyebabkan Riya’
Semoga Allah
mengaruniakan kebaikan (surga) dan tambahan (perjumpaan denganNya) kepada kita.
Ketahuilah wahai Muslim! Wahai hamba Allah! Allah telah mengajarkan kepada kami
juga kamu hal ini adalah sejumlah bahaya riya’. Jadilah kamu orang yang selalu
mewaspadainya. Instropeksilah dirimu. Sesungguhnya riya’ itu lebih halus dari
bulu pada seekor semut.
G.Perbuatan
yang Tidak Tergolong Riya’
beberapa
perbuatan yang tidak tidak tergolong riya’, antara lain:
1. Pujian yang diberikan seseorang atas amal kebaikan
yang dilakukan tanpa tujuan apapun dari manusia.
2. Aktivitas seorang hamba yang melakukan amal shalih
di hadapan manusia, dan bersahabat dengan orang orang ikhlas dan shalih.
3.
Menyembunyikan DosaSetiap Muslim hendaknya tidak mengumbar umbar dosanya, akan
tetapi menyembunyikannya. Karena pembicaraan tentang maksiat akan menebarkan
kejahatan diantara orang Mukmin, dan menyebabkan meremehkan batas batas yang
telah ditetapkan Allah S.W.T.
4.
Memperindah Pakaian, Sandal atau Lainnya
Dari
Abdullah bin Mas’ud dari Nabi S.A.W yang bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya
terdapat dosa sekecil biji sawi seperti sombong.”
Seseorang berkata, “Ada seseorang yang suka agar
pakaian dan sandalnya terlihat bagus.”
Nabi S.A.W bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai yang indah;
kesombongan adalah keangkuhan yang sesungguhnya dan (ghamth) manusia.” (Hadits
diriwayatkan oleh Imam Muslim 2/89 Nawawi dan para perawi lainnya)
5.Menampakkan
Syi’ar Syi’ar Islam
Islam
mengandung ibadah yang tidak mungkin disembunyikan, seperti haji, umrah, shalat
jum’at dan lain lain. Seorang hamba tidak dikatakan riya’ ketika melakukannya
di muka umum, karena bagian dari kewajiban seorang Muslim adalah
mempublikasikan, dan mempopulerkannya
8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
a)
Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia, adapun
secara istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat dalam hati karena demi
manusia,dunia yang dikehendaki dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT
b) riya’
adalah memperlihatkan (menampakkan) diri pada orang lain, supaya diketahui
kehebatan perbuatannya ,baik melalui dari pembicaraan, tulisan, atau pun sikap
dan perbuaan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia,
bukan ikhlas karena Allah.
c)
Riya’ itu bisa terjadi di dalam niat, yaitu ketika kita akan melakukan
pekerjaan dan bisa juga terjadi ketika malakukan pekerjaan atau setelah selesai
melakukan pekerjaan.
d) Riya’
berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain . Terhadap diri ssendiri , bahaya
riya’ itu akan dirasakan oleh dirinya sendiri berupa ketidak puasanan, rasa
hampa sakit hati dan penyesalan
e) Dampak
riya’ kepada orang lain yaitu ketika orang yang telah dibantu kemudian diumpat
dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan
antara keduanya.
f)
Perbuatan riya’ itu sangat merugikan, kerena itu Allah tidak akan memberi
pahala atas perbuatannya.
g) hikmah
dari dilarangnya perbuatan riya adalah mendapatkan ridho dari Allah membuat,
hati tenang dan tentram, mempermudah kita bergaul dengan masyarakat
h)
Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
Lingkungan keluarga.
Tidak mengenal Allah SWT dengan baik.
Keinginan yang berlebihan untuk menjadi pemimpin atau meraih jabatan.
Ketamakan kepada harta.
Kekaguman yang berlebihan dari orang lain.
Kekhawatiran penilaian yang kurang menyenangkan dari orang lain.
Saran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disarankan agar:
- Orang-orang diharuskan menjauhi sifat RIYA karena sifat Riya sangat di benci
Allah SWT.
- Sifat riya membuat seseorang menjadi tidak sadar apa yang telah dia lakukan.
- Banyaklah bertwakal kepada allah dan selalu mengingat Allah agar kita
terhindar dari sifat riya.
9
Daftar pustaka